Pengikut

Rabu, 01 Juni 2016

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP PAUD



MAKALAH DASAR-DASAR PAUD
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
DASAR-DASAR PAUD
Dosen Pembimbing: Dra. Nadlifah,M.Pd


 








Disusun Oleh:
Anisatun Nur’Afifah (15430056)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL ATHFAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam senantias kami panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dra. Nadlifah, M.Pd selaku dosen pembimbing, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan dan menerima kritik setra saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.



Yogyakarta, 3 Maret 2016

Penulis




DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Prinsip-prinsip Teoritis PAUD
B.     Prinsip-prinsip Praktis PAUD
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     B. Saran
DAFTAR PUSTAKA










                                                                  BAB I
PENDAHULUAN

A.    LARAT BELAKANG

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan wilayah pembahasan yang sangat luas dan semakin menarik. Karena usia dini merupakan awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan perkembangan anak selanjutnya, sebab pendidikan anak usia dini merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak.
Ditinjau dari perkembangan otak manusia, tahap perkembangan otak anak usia dini menempati posisi yang paling vital, yakni meliputi 80% perkembangan otak. Perkembangan otak manusia 50% dicapai pada usia 4 tahun, 80 % dicapai hingga usia 8 tahun dan selebihnya diproses hingga usia 18 tahun. Dengan demikian usia 0-8 tahun memegang peranan yang sangat besar karena perkembangan otak mengalami lompatan dan berjalan demikian pesat. Oleh karena itu usia dini disebut juga “golden age” atau usia emas, karena perkembangannya yang luar biasa.
Masyarakat makin menyadari betapa pentingnya pendidikan anak usia dini. Hal ini nampak dengan berkembangnya tempat pendidikan anak usia dini formal, informal dan non-formal, dalam bentuk tempat penitipan, kelompok bermain, taman bermain dan taman kanak-kanak. Dengan beegitu pendidikan anak usia dini dapat dijadikan bekal untuk keberhasilan anak dimasa mendatang.





B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip Teoritis dalam pembelajaran PAUD?
2.      Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip Praktis dalam pembelajaran PAUD?


C.    TUJUAN

1.      Mengetahui prinsip-prinsip Teoritis dalam pembelajaran PAUD.
2.      Mengetahui prinsip-prinsip Praktis dalam pembelajaran PAUD.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Prinsip-Prinsip Teoritis Dalam Pembelajaran PAUD
Para pakar pendidikan anak usia dini terutama Wilhem (1782-1852), Maria Montessori (1869-1952) dan Steiner (1861-1925) mengembangkan teori dan praktisinya di zamannya masing-masing,yang kemudian oleh Tina Bruce (1987)[1] dirangkum dalam sepuluh prinsip pendidikan anak usia dini sebagai berikut:
1.      Usia anak adalah sebagian dari kehidupan secara keseluruhan, merupakan masa persiapan untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.
2.      Fisik, mental dan kesehatan sama pentingnya dengan berfikir maupun aspek psikis (spiritual). Oleh karena itu keseluruhan (holistis) aspek perkembangan anak merupakan pertimbangan yang sama pentingnya.
3.      Pembelajaran pada usia dini saling terkait, tidak dapat dipisahkan.
4.      Motivasi intrinsik (motivasi dari dalam diri) anak akan menghasilkan inisiatif sendiri (self directed activity) yang sangat bernilai.
5.      Program pendidikan pada anak usia dini perlu menekankan pada pentingnya sikap disiplin karena sikap tersebut dapat membentuk watak dan kepribadiannya.
6.      Masa peka (0-3 tahun) untuk mempelajari sesuatu pada tahap perkembangan tertentu, perlu diobservasi lebih detail.
7.      Tolak ukur pembelajaran hendaknya bertumpu pada hal-hal atau kegiatan yang telah mampu dikerjakan anak, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan anak.
8.      Suatu kehidupan terjadi dalam diri anak (innerlife) khususnya pada kondisi yang menunjang.
9.      Orang-orang sekitar dalam berinteraksi pada anak merupakan hal yang penting karena mereka secara otomatis menjadi guru yang terbaik.
10.  Pada hakikatnya, pendidikan anak usia dini merupakan interaksi antara anak, lingkungan, orang dewasa dan pengetahuan.



B.     Prinsip-Prinsip Dalam Praktis Pembelajaran PAUD
Salah satu pilar konsep dasar PAUD adalah prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran. Terdapat tigabelas prinsip pelaksanaan pembelajaran PAUD:
1.      Berorientasi Pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran anak harus berorientasi pada kebutuhan anak. Menurut Maslow, kebutuhan manusia terdapat tujuh tingkatan yang tersusun secara hierarki, yakni: kebutuhan fisik, keamanan, kasih sayang, harga diri, kognisi, estetika dan aktualisasi diri. Kebutuhan mendasar bagi anak adalah kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian dan lain-lain). Kebutuhan berikutnya adalah keamanan (aman, nyaman, terlindung dan bebas dari bahaya). Berikutnya adalah kasih sayang (dimengerti, dikasihi dan dihargai ).
Orientsi belajar anak usia dini bukan untuk mengejar prestasi, seperti kemampuan membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan lain yang sifatnya akademis. Namun orientasi belajar yang sesungguhnya adalah mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak.[2]
2.      Pembelajaran Anak Sesuai Dengan Perkembangan Anak
Pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan perkembangan anak, baik usia maupun kebutuhan individual anak. Setiap anak berbeda perkembangannya dengan anak lain, ada yang cepat ada yang lambat. Oleh karena itu, guru harus memahami kebutuhan khusus atau kebutuhan individu anak. Akan tetapi didasari pula pada faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat diubah dalam diri anak yaitu faktor genetis. Oleh karena itu, PAUD diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak dengan lingkungan dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya.[3]
3.      Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
Ukuran kecerdasan anak bukan pada kemampuan kognitif (calistung), melainkan pada kematangan emosi. Dengan demikian meskipun anak telah mampu membaca, menulis dan berhitung dengan baik, belum tentu anak tersebut cerdas. Justru sebaliknya, ada kemungkinan stimulasi yang berlebihan untuk pengembangan kognitif, sehingga pengembangan kecerdasan yang lain (linguistic, kinestetik, interpersonal dan seterusnya) menjadi terabaikan.
4.      Belajar Melalui Bermain
Bermain adalah salah satu pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini. Dengan menggunakan setrategi, metode, bahan dan media yang menarik, permainan dapat diikuti anak secara menyenangkan. Melalui permainan anak dapat diajak bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan benda-benda disekitarnya.
5.      Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini
Pembelajaran anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang konkret ke yang abstrak, dari sederhana ke yang kompleks dan dari diri sendiri ke lingkungan sosial.

6.      Anak Adalah Peserta Didik Aktif
Pembelajaran ditujukan untuk membangkitkan anak untuk turut berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar. Anak adalah subjek dan pelaku utama dalam proses pendidikan, bukan objek. Tugas guru menciptakan situasi dan kondisi belajar sehingga anak termotifasi dan muncul inisiatif untuk berperan secara aktif. Anak bukan hanya pendengar dan pengamat, melainkan pelaku utama, sedangkan guru adalah pelayan dan pendamping utama.[4]
7.      Interaksi Sosial Anak
Anak sangat membutuhkan interaksi, ketika anak berinteraksi dengan orang dewasa, orang tua, guru dan teman sebayanya maka anak tersebut akan belajar. Tanpa belajar bahasa, pada usia 4-5 tahun ia telah mempunyai kosakata lebih dari 14.000 kosa kata.
8.      Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Artinya lingkungan belajar harus bebas dari benda-benda tajam yang dapat mengancam keselamatan anak termasuk bahan mainan dan cat pewarna yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit saat digunakan.setting ruangan yang aman juga diperlukan untuk melakukan gerakan atraktif, termasuk memenjat meja dan kursi guna mengambil permainan.
9.      Merangsang Kreatifitas Dan Inovasi
Kegiatan pembelajaran di PAUD harus merangang daya kreatifitas dengan tingkat inovasi tinggi. Proses kreatifitas dan inofasi dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.

10.  Mengembangkan Kecakapan Hidup
Berbagai kecakapan dilatih agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh dan memiliki kepribadian atau akhlak mulia, cerda, terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mengembangkan kecakapan hidup dapat dilatih dengan proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan memperoleh bekal ketrampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
11.  Memanfaatkan Potensi Lingkungan
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan sekitar atau bahan-bahan yang disiapkan pendidik, termasuk bahan-bahan untuk membuat permainan eduktif. Bahan bekas yang berserakan dilingkungan sekitar dapat dikelola secara kreatif kemudian diolah secara inovatif menjadi permainan yang edukatif yang dapat memicu rasa ingin tahu anak.
12.  Pembelajaran Sesuai Dengan Kondisi Sosial Budaya
Kegiatan atau pembelajaran anak usia dini harus sesuai dengan sosial budaya dimana anak tersebut berada. Berbagai objek yang ada disekitar anak, kejadian dan isu-isu yang menarik dapat diangkat sebagai tema persoalan belajar.
13.  Stimulasi Secara Holistik
Kegiatan pembelajaran anak usia dini harus bersifat terpadu dan holistik. Anak tidak boleh hanya dikembangkan kecerdasan tertentu saja, seperti IPA, matematika, bahasa secara terpisah tetapi berintegrasi pada satu kegiatan. Misalnya melalui bermain air, anak dapat belajar berhitung berhitung (matematika), mengenal sifat-sifat air (IPA) menggambar (seni) dan seterusnya. Dengan demikian setiap permainan dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya. 


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam kegiatan belajar dan mengajar tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, tetapi harus menggunakan prinsip-prinsip belajar agar bisa bertindak secara tepat dan dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang belajar siswa. Pembelajaran sambil bermain yang didalamnya mengandung makna, aktif, menyenangkan dan tanpa paksaan dapat mengembangkan potensi sesuai karakteristik anak.


B.     SARAN
Sebagai calon pendidik kita harus mengetahui dan memahami prinsip-prinsip pembelajaran pada anak, karena dengan memahami prinsip tersebut, pendidik akan lebih mudah menentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pembelajaran.











DAFTAR PUSTAKA


Rahman.Hibana S,2002,konsep dasar pendidikan anak usia dini,yogyakarta:PGTKI press

Suyanto.slamet,2005,dasar-dasar pendidikan anak usia dini,yogyakarta:hikayat publishing






[1] http://sitiumairoh24.blogspot.co.id/2015/03/prinsip-prinsip-teoritis-dan-prinsip.html

[2] Hibana S. Rahman,Konsep dasar pendidikan anak usia dini,hlm.70
[3] Slamet Suyanto,Dasar-dasar pendidikan anak usia dini,hlm.5
[4] Hibana s. Rahman,konsep dasar pendidikan anak usia dini,hlm.73

1 komentar: