MAKALAH DASAR-DASAR PAUD
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Makalah Ini Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
DASAR-DASAR PAUD
Dosen Pembimbing: Dra. Nadlifah,M.Pd
Disusun Oleh:
Anisatun Nur’Afifah (15430056)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL ATHFAL
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam senantias kami panjatkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW.
Kami
ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dra. Nadlifah, M.Pd selaku dosen
pembimbing, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Dengan
segenap kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan dan
menerima kritik setra saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.
Yogyakarta,
3 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Prinsip-prinsip Teoritis PAUD
B.
Prinsip-prinsip Praktis PAUD
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A.
LARAT BELAKANG
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan wilayah pembahasan
yang sangat luas dan semakin menarik. Karena usia dini merupakan awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendidikan anak usia dini memegang peranan
yang sangat penting dan menentukan perkembangan anak selanjutnya, sebab
pendidikan anak usia dini merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak.
Ditinjau dari perkembangan otak manusia, tahap
perkembangan otak anak usia dini menempati posisi yang paling vital, yakni
meliputi 80% perkembangan otak. Perkembangan otak manusia 50% dicapai pada usia
4 tahun, 80 % dicapai hingga usia 8 tahun dan selebihnya diproses hingga usia
18 tahun. Dengan demikian usia 0-8 tahun memegang peranan yang sangat besar
karena perkembangan otak mengalami lompatan dan berjalan demikian pesat. Oleh
karena itu usia dini disebut juga “golden
age” atau usia emas, karena perkembangannya yang luar biasa.
Masyarakat makin menyadari betapa pentingnya pendidikan
anak usia dini. Hal ini nampak dengan berkembangnya tempat pendidikan anak usia
dini formal, informal dan non-formal, dalam bentuk tempat penitipan, kelompok bermain,
taman bermain dan taman kanak-kanak. Dengan beegitu pendidikan anak usia dini
dapat dijadikan bekal untuk keberhasilan anak dimasa mendatang.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip Teoritis dalam pembelajaran
PAUD?
2.
Apa saja yang termasuk dalam prinsip-prinsip Praktis dalam pembelajaran
PAUD?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui prinsip-prinsip Teoritis dalam pembelajaran PAUD.
2.
Mengetahui prinsip-prinsip Praktis dalam pembelajaran PAUD.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-Prinsip Teoritis Dalam Pembelajaran PAUD
Para pakar pendidikan
anak usia dini terutama Wilhem (1782-1852), Maria Montessori (1869-1952) dan
Steiner (1861-1925) mengembangkan teori dan praktisinya di zamannya
masing-masing,yang kemudian oleh Tina Bruce (1987)[1] dirangkum dalam sepuluh
prinsip pendidikan anak usia dini sebagai berikut:
1.
Usia anak adalah sebagian dari kehidupan secara keseluruhan, merupakan masa
persiapan untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.
2.
Fisik, mental dan kesehatan sama pentingnya dengan berfikir maupun aspek
psikis (spiritual). Oleh karena itu keseluruhan (holistis) aspek perkembangan
anak merupakan pertimbangan yang sama pentingnya.
3.
Pembelajaran pada usia dini saling terkait, tidak dapat dipisahkan.
4.
Motivasi intrinsik (motivasi dari dalam diri) anak akan menghasilkan
inisiatif sendiri (self directed activity)
yang sangat bernilai.
5.
Program pendidikan pada anak usia dini perlu menekankan pada pentingnya
sikap disiplin karena sikap tersebut dapat membentuk watak dan kepribadiannya.
6.
Masa peka (0-3 tahun) untuk mempelajari sesuatu pada tahap perkembangan
tertentu, perlu diobservasi lebih detail.
7.
Tolak ukur pembelajaran hendaknya bertumpu pada hal-hal atau kegiatan yang
telah mampu dikerjakan anak, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan anak.
8.
Suatu kehidupan terjadi dalam diri anak (innerlife) khususnya pada kondisi yang menunjang.
9.
Orang-orang sekitar dalam berinteraksi pada anak merupakan hal yang penting
karena mereka secara otomatis menjadi guru yang terbaik.
10. Pada hakikatnya, pendidikan anak usia dini merupakan
interaksi antara anak, lingkungan, orang dewasa dan pengetahuan.
B.
Prinsip-Prinsip Dalam Praktis Pembelajaran PAUD
Salah satu pilar
konsep dasar PAUD adalah prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran. Terdapat
tigabelas prinsip pelaksanaan pembelajaran PAUD:
1.
Berorientasi Pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran anak harus berorientasi pada
kebutuhan anak. Menurut Maslow, kebutuhan manusia terdapat tujuh tingkatan yang
tersusun secara hierarki, yakni: kebutuhan fisik, keamanan, kasih sayang, harga
diri, kognisi, estetika dan aktualisasi diri. Kebutuhan mendasar bagi anak
adalah kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian dan lain-lain). Kebutuhan
berikutnya adalah keamanan (aman, nyaman, terlindung dan bebas dari bahaya).
Berikutnya adalah kasih sayang (dimengerti, dikasihi dan dihargai ).
Orientsi belajar anak usia dini bukan untuk mengejar
prestasi, seperti kemampuan membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan lain
yang sifatnya akademis. Namun orientasi belajar yang sesungguhnya adalah mengembangkan
sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak.[2]
2.
Pembelajaran Anak Sesuai Dengan Perkembangan Anak
Pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan
perkembangan anak, baik usia maupun kebutuhan individual anak. Setiap anak
berbeda perkembangannya dengan anak lain, ada yang cepat ada yang lambat. Oleh
karena itu, guru harus memahami kebutuhan khusus atau kebutuhan individu anak.
Akan tetapi didasari pula pada faktor-faktor yang sulit atau tidak dapat diubah
dalam diri anak yaitu faktor genetis. Oleh karena itu, PAUD diarahkan untuk
memfasilitasi setiap anak dengan lingkungan dan bimbingan belajar yang tepat
agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya.[3]
3.
Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
Ukuran kecerdasan anak bukan pada kemampuan kognitif
(calistung), melainkan pada kematangan emosi. Dengan demikian meskipun anak
telah mampu membaca, menulis dan berhitung dengan baik, belum tentu anak
tersebut cerdas. Justru sebaliknya, ada kemungkinan stimulasi yang berlebihan
untuk pengembangan kognitif, sehingga pengembangan kecerdasan yang lain
(linguistic, kinestetik, interpersonal dan seterusnya) menjadi terabaikan.
4.
Belajar Melalui Bermain
Bermain adalah salah satu pendekatan dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan untuk anak usia dini. Dengan menggunakan setrategi, metode,
bahan dan media yang menarik, permainan dapat diikuti anak secara menyenangkan.
Melalui permainan anak dapat diajak bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan
benda-benda disekitarnya.
5.
Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini
Pembelajaran anak usia dini hendaknya dilakukan secara
bertahap, mulai dari yang konkret ke yang abstrak, dari sederhana ke yang
kompleks dan dari diri sendiri ke lingkungan sosial.
6.
Anak Adalah Peserta Didik Aktif
Pembelajaran ditujukan untuk membangkitkan anak untuk
turut berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar. Anak adalah subjek dan
pelaku utama dalam proses pendidikan, bukan objek. Tugas guru menciptakan
situasi dan kondisi belajar sehingga anak termotifasi dan muncul inisiatif
untuk berperan secara aktif. Anak bukan hanya pendengar dan pengamat, melainkan
pelaku utama, sedangkan guru adalah pelayan dan pendamping utama.[4]
7.
Interaksi Sosial Anak
Anak sangat membutuhkan interaksi, ketika anak
berinteraksi dengan orang dewasa, orang tua, guru dan teman sebayanya maka anak
tersebut akan belajar. Tanpa belajar bahasa, pada usia 4-5 tahun ia telah
mempunyai kosakata lebih dari 14.000 kosa kata.
8.
Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga
menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan yang
dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Artinya lingkungan belajar
harus bebas dari benda-benda tajam yang dapat mengancam keselamatan anak
termasuk bahan mainan dan cat pewarna yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit
saat digunakan.setting ruangan yang aman juga diperlukan untuk melakukan
gerakan atraktif, termasuk memenjat meja dan kursi guna mengambil permainan.
9.
Merangsang Kreatifitas Dan Inovasi
Kegiatan pembelajaran di PAUD harus merangang daya
kreatifitas dengan tingkat inovasi tinggi. Proses kreatifitas dan inofasi dapat
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu
anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.
10. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Berbagai kecakapan dilatih agar kelak anak berkembang
menjadi manusia yang utuh dan memiliki kepribadian atau akhlak mulia, cerda,
terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Mengembangkan kecakapan hidup dapat dilatih dengan proses
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri
sendiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan memperoleh bekal ketrampilan dasar
yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
11. Memanfaatkan Potensi Lingkungan
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari
lingkungan sekitar atau bahan-bahan yang disiapkan pendidik, termasuk
bahan-bahan untuk membuat permainan eduktif. Bahan bekas yang berserakan
dilingkungan sekitar dapat dikelola secara kreatif kemudian diolah secara
inovatif menjadi permainan yang edukatif yang dapat memicu rasa ingin tahu
anak.
12. Pembelajaran Sesuai Dengan Kondisi Sosial Budaya
Kegiatan atau pembelajaran anak usia dini harus sesuai
dengan sosial budaya dimana anak tersebut berada. Berbagai objek yang ada
disekitar anak, kejadian dan isu-isu yang menarik dapat diangkat sebagai tema
persoalan belajar.
13. Stimulasi Secara Holistik
Kegiatan pembelajaran anak usia dini harus bersifat
terpadu dan holistik. Anak tidak boleh hanya dikembangkan kecerdasan tertentu
saja, seperti IPA, matematika, bahasa secara terpisah tetapi berintegrasi pada
satu kegiatan. Misalnya melalui bermain air, anak dapat belajar berhitung
berhitung (matematika), mengenal sifat-sifat air (IPA) menggambar (seni) dan
seterusnya. Dengan demikian setiap permainan dapat mengembangkan seluruh aspek
kecerdasannya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam
kegiatan belajar dan mengajar tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, tetapi
harus menggunakan prinsip-prinsip belajar agar bisa bertindak secara tepat dan
dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang belajar siswa.
Pembelajaran sambil bermain yang didalamnya mengandung makna, aktif,
menyenangkan dan tanpa paksaan dapat mengembangkan potensi sesuai karakteristik
anak.
B.
SARAN
Sebagai calon pendidik kita harus mengetahui dan memahami
prinsip-prinsip pembelajaran pada anak, karena dengan memahami prinsip
tersebut, pendidik akan lebih mudah menentukan kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan prinsip pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman.Hibana S,2002,konsep dasar pendidikan anak usia dini,yogyakarta:PGTKI
press
Suyanto.slamet,2005,dasar-dasar pendidikan anak usia dini,yogyakarta:hikayat
publishing
http://sitiumairoh24.blogspot.co.id/2015/03/prinsip-prinsip-teoritis-dan-prinsip.html diakses pada tanggal 2
maret 2016, 13:21 WIB
http://www.kompasnia.com/usfitriyah/prinsip-dasar-pendidikan-anak-usia-dini diakses pada tanggal 2
Maret 2016, 13:43 WIB
terima kasih
BalasHapus